Kehalifahan Batu Songgan yang memiliki bentang alam yang sangat menakjubkan dan kekayaan hayati yang beranekaragam memberikan berjuta manfaat bagi anak kemenakan di setiap kenegerian yang ada di Kekhalifahan batu Songgan. Kekayaan hayati ini berupa Petai yang di manfaatkan oleh masyarakat di Enam Luhak/Kenegerian untuk di jadikan penambahan income keluarga.
Petai yang tumbuh subur di wilayah adat Kekhalifahan Batu Songgan memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat di kenegerian-kenegerian yang ada di Kekhalifahan Batu Songgan. Diantara 6 kenegerian yang ada hanya lima kenegerian yang begitu aktif memanen petai yang tumbuh di hutan, dua kenegerian tersebut adalah Kenegerian Malko Kociak, Kenegerian Gajah Bertalut, Kengerian Aur Kuning, Kenegerian Tarusan dan Kengerian Pangkalan Serai, lima kenegerian ini sangat aktif dalam melakukan pemanenan petai yang ada. Para renger petai akan melakukan perjalanan panjang ke tengah hutan dan mencari pohon-pohon petai yang berbuah dan layak panen.
Dengan melimpahnya buah petai, tidak serta merta para renger menjadi baik dalam perekonomiannya. Dalam beberapa kesempatan harga petai sangat murah namun juga di hargai cukup menggiurkan. Seperti yang saya temui disaat kunjungan di Kenegerian gajah Bertalut. Ada beberapa orang yang baru pulang dari hutan dan singgah di pelabuhan masyarakat kengerian gajah Bertalut dengan membawa petai hasil dari hutan yang bertumpuk cukup banyak di dalam perahu.
Di saat itu hasil petai yang di bawa oleh masyarakat di hargai Rp. 32.000,-/kg di kwalitas terbaik dalam istilah masyarakat kampar kiri hulu das Subayang yaitu super badoriak, sedangkan harga petai di bawah dalam kategori super biasa di hargai sekitar Rp, 20.000,-/kg sedangkan harga petai dibawahnya dalam istilah masyarakat dan pedagang petai disana adalah kategori ampera di hargai Rp. 16.000,-/kg. saat itu memang petai super sangat menggiurkan harganya, berhubung para renger petai bisa menghasilkan 500 sampai dengan 1 ton perminggunya.
Namun dalam beberapa waktu saja harga petai merosot di kalangan renger. Hanya selang 3 hari saja harga petai dipasaran lokal di hargai Rp. 12.000,-/kg untuk super dan Rp. 8.000,-/kg kelas ampera. Setelah di telisik harga petai di hilir masih sangat tinggi. Harga petai di DAS Subanyang memang selalu fluktuasi, walau di kota harga petai sangat menggiurkan namun harga di kampung petai mengikuti irama pembeli/toke saja, sehingga jual beli petai ini kurang menguntungkan kepada para renger patai di DAS Subanyang ini