Part 3.

Salah satu perempuan adat lain dari Kenegerian atu Songgan adalah kak Lina, demikian nama yang selalu kami panggil kepada beliau. beliau merupakan salah satu dari beberapa perempuana dat yang masih berekspresi dalam seni menganyam dan terus belajar membuat dan mengembangkan keahlian beliau untuk membuat pernak pernik dari bahan anyaman, beliau mau bereksperimen memadu padankan anyaman dengan berbagai motif yang modern. Kak Lina di lahirkan dalam keluarga yang kharismatik berbalut budaya dan adat serta budaya, sehingga di usia beliau saat ini bekas didikan orang tua beliau masih berbekas kental di diri kak lina.
pekerjaan hari-hari kak lina di saat hari tidak musim penghujan beliau akan menakik/menyadap karet, di selah-selah kesibukannya itu beliau terkadang masih menyempatkan diri untuk menganyam tikar, ambuang lain lain sebagainya yang dapat beliau kerjakan untuk mengisi waktu luang. Kak lina pernah mengikuti beberapa pelatihn tentang kerjajinan tangan, dalam perjalanan waktu kekurangan modal awal dan bahan baku membuat kak lina mengurungkan niat untuk memfokuskan diri dalam membuat kerajinan dan pengolahan barang bekas. Dari hasil menganyam pandan kak lina bisa mendapatkan penghasilan tambahan walau tidak rutin.
Di Kenegerian Terusan ada beberapa pelaku penganyam pandan, rotan dan bambu, namun usia mereka rata-rata sudah diatas 60 tahun. Seperti Makdang …. yang usianya sudah menginjak 70 tahun namun masih aktif menganyam tikar pandan, beliau mengalami kendala dalam mendapatkan bahan baku pandan dikarena usia beliau saat ini tidak kuat lagi untuk berjalan jauh kedalam hutan dan lokasi tanaman pandan tumbuh. Makdang Tina lahir dan tumbuh di Kenegerian terusan, beliau belajar menganyam dari orang tua dengan cara melihat ibu beliau menganyam dirumah, sesekali beliau mencoba menganyam dan melanjutkan anyaman yang dibuat ibundanya dari sini beliau mendapat pembelajaran berharga dalam mengenal jenis-jenis motif tawang dan terkadang masih beliau terapkan dalam anyaman tikar dan sumpik yang beliau buat. Di Kenegerian Terusan seni tawang ini bernama terawang dan jenisnya amat banyak hampir sama seperti di Kenegerian Batu Songgan. Makdang Tina terkadang membuat tikar berlapis, yang salah satu gunanya untuk membungkus orang meninggal disaat mau dikebumikan dan kegunaan lain sebagai kasur di masa sebelum ada kasur dahulu. Tikar ini dianyam terdiri dari dua sampai tiga lapisan sehingga saat digunakan sangat nyaman.
Kak Rowai merupakan salah satu pengrajin anayaman di kenegerian Terusan yang aktif bersama adiknya kak mimi keduanya masih aktif menganyam tikar, sumpik, ambuang dari rotan dan keranjang dari rotan. kak rowai dan mimi salah satu perempuan adat di Kenegerian terusan yang memanfaatkan waktu luang untuk tetap bekarya. Saat melakukan wawancara bersama kak Rowai dan kak mimi mereka sedang menganyam ambuang dan keranjang dari bahan baku rotan, keduanya sangat cekatan dalam menganyam dan motif anyaman juga sangat menakjubkan, mengenai bahan baku mereka berdua mengatakan untuk bahan baku pandan dan rotan di terusan masih mudah didapatkan. Keranjang, dan sumpik dulu sebelum mengenal mangkok plastik banyak di gunakan dalam perhelatan adat dan budaya untuk tempat makanan dan buah-buahan, namun sejak dunia makin maju dan mangkok plastik mudah di dapatkan semua bentuk peralatan yang terbuat dari pandan dan rotan sudah tidak dipakai lagi, sumpik baanjuang/baangkai masih dipakai untuk kegiatan mendoa seratus hari orang yang telah meninggal yang mana isinya berupa emping dan beberapa jenis beras sepeerti beras pulut, beras merah dan beras putih.