Masyarakat Adat memiliki kekayaan Intelektual yang beragam, salah satunya adalah anyaman pandan. Masyarakat Adat menggunakan pandan sebagai Bahan baku anyaman untuk peralatan rumah tangga, seperti tikar, ambuang, kibang, sumpik, takegh, yang merupakan peralatan yang di gunakan masyarakat adat setiap hari. Pandan/umbai banyak sekali di jumpai di komunitas-komunitas adat di Subayang, setiap komunitas memiliki boncah umbai/pandan yang merupakan syarat utama dalam pembentukan sebuat pemukiman. Melihat dari sejarah panjang komunitas di Subayang penggunaan pandan/umbai bagi kebutuhan rumah tangga yang mendukung semua pekerjaan baik bertani, keladang, perhelatan adat, anyaman pandan/umbai selalu digunakan.
Kaum perempuan adat mewarisi keahlian menganyam sejak dini yang di wariskan oleh orang tua mereka, melihat masih bertahannya tradisi menganyam di kalangan perempuan masih bertahan hingga saat ini. Kaum perempuan dulu memiliki teknik menganyam bisa dikatakan unik dan rapi, sepanjang perjalanan anak cucunya hingga saat ini teknik menganyam seperti dulu tidak ada lagi, walaupun ada yang bisa melakukannya kaum perempuan usia senja.
Kelompok Usaha Masyarakat adat di perwakilan dari Kenegerian Batu Songgan dan Kenegerian Aur Kuning melakukan pelatihan peningkatan kapasitas kelompok Anyaman yang dilakukan di Kenegerian batu Songgan Desa Batu Sanggan Kecamatan kampar Kiri hulu, (21-22 Juni 2025)
kelompok Perempuan ini di latih oleh mentor yang di datangkan dari Kabupaten Siak. Adapun Mentor ini berasal dari Komunitas dampingan SUWAI dan perwakilan SUWAI. Dalam peningkatan kapasitas kelompok ini narasumber berbagi Pengalaman dan transfer ilmu tentang pengelolaan pandan dan pemasaran.
Pelatihan ini di taja sejak pagi hingga malam hari dan di bagi menjadi dua sessi, Sessi pertama peserta di berikan pengetahuan tentang menganyam dan pengelolaan bahan baku anyaman. Sessi kedua di lakukan pembuatan produk seperti gantungan kunci dan sendal. Kaum perempuan adat dari dua kenegerian ini mengikuti dengan semangat karena mentor yang di datangkan merupakan seorang perempuan pengrajin yang sama-sama berstatus ibu rumah tangga dan dulu sama dengan kondisi kaum perempuan Subayang yang mana produk mereka belum memiliki nilai jual.
Perjungan kaum perempuan Subayang menunjang Perekonomian Keluarga
Dua kelompok usaha masyarakat adat di Dua Komunitas adat kenegerian Batu Songgan dan Kenegerian Aur Kuning, mendapatkan peningkatan kapasitas kelompok. Pelatihan ini di harapkan bisa menjadikan kaum perempuan di kedua Komunitas adat ini makin semangat dan meningkatkan kwalitas produk-produk yang mereka hasilkan.
Selama ini Kaum perempuan adat menjual hasil anyaman mereka hanya di dalam komunitas adatnya masing – masing, produk yang di jual dalam bentuk tikar, sumpik, san ambuang. Harga satu tikar sekitar Rp. 150.000,- sampai dengan Rp. 800.000,- sesuai lebar dan panjang tikar/lapiak. Ini sangat membantu bagi kaum perempuan untuk tambahan belanja rumah tangga.
Lendriani seorang ibu rumah tangga dan seorang pengrajin mengatakan anyaman yang kaum perempuan buat hanya dipasarkan didalam komunitas saja, walau sudah mendapatkan pelatihan-pelatihan belum bisa menciptakan produk yang menarik dikarenakan peralatan dan bahan yang belum memadai dan belum memiliki modal awal untuk memulai menciptakan produk berinovasi. selain itu kerapian dan keindahan anyaman masih belum memadai, dalam pelatihan ini kami mendapatkan banyak pengetahuan untuk mengolah pandan dan umbai yang baik, selama ini kami mengolah umbai dan panda kurang tepat dan tidak direbus dahulu, setelah mendapat pembelaaran dan praktik bersama kami baru tau bahwa sistem mengolah umbai dan pandan di awali dengan pengerjan pertahap sejak pengembilan, proses perebusan penjemuran, pelembutan atau pelemasan, hingga proses menganyam kami mendapat ilmu baru.
Awal praktik kami merasa apa yang telah kami lakukan itu sudah sesuai, sehingga apa yang diawal di ajarkan mentor kami anggap biasa, namun disaat memulai proses menganyam, mentor ibu Ebat memberi masukan bahwa sistem yang kami lakukan itu sudah benar namun belum tepat. pelan-pelan ibu Ebat memberikan bimbingan dan akhirnya kami sadar bahwa apa yang kami lakukan selama ini salah. Jadi pembelajaran dalam pelatihan ini membuat kami semangat karena ibu Ebat membimbing dengan sabar walau kami merasa sama dengan beliau, padahal kami masih belum memiliki kesabaran dan teknik-teknik terbaru dari pengelolaan umbai.
AMAN Kampar Hadir mengurai Kebuntuan Pemasaran Produk Lokal
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pengrajin Anyaman Perempuan Adat rantau Subayang ini di taja oleh Pengurus Daerah AMAN Kampar melalui pendanaan Nusantara Fun, di harapkan kedepan kelompok perempuan adat ini bisa maju dan menghasilkan produk-produk yang memiliki nilai ekonomis sehingga bisa memberikan penghasilkan kepada kaum perempuan adat.
Pengurus Daerah AMAN Kampar Akan berkomitmen untuk memajukan dan mengawal kelompok pengrajin perempuan di rantau subayang agar para perempuan adat mendapatkan pendampingan baik dalam peningkatan kwalitas produk yang dihasilkan dan penjualan produk-produk yang di hasilkan oleh pengrajin kedepannya.
himyul wahyudi Ketua PH AMAN Kampar mengatakan, kegiatan pendampingan para pengrajin ini merupakan sebuah tindakan yang harus dilakukan, menjaga mutu produk yang dihasilkan adalah sebuah tindakan nyata. Dengan menjaga mutu dan berinovasi dalam membuat produk menjadi cikal bakal berkembangnya sebuah kelompok pengrajin kedepannya, selain itu keseriusan dan kesabaran para perempuan adat untuk terus meningkatkan keterampilan dalam bekarya menjadi keharusan agar apa yang telah di mulai akan memberikan nilai ekonomis dan menjadi pendapatan bagi kelompok pengrajin.